Skip to main content

Saluran-Saluran serta Dampak Mobilitas Sosial

Jika kalian sudah mulai beranjak dewasa, jenis pekerjaan apa kira-kira yang akan kalian geluti? Menjadi guru kah? Dokter kah? Tentara kah? Pengusaha kah? Ataukah kalian bercita-cita menjadi pejabat negara? dan lain-lain. Ketika itu kalian akan memilih salah satu dari jenis pekerjaan tersebut sesuai dengan minat dan bakat kalian. Ketika kalian sudah mencapai apa yang menjadi cita-cita kalian. Hal itu berarti kalian sedang mengalami mobilitas sosial.

Bagaimana caranya untuk mewujudkan mobilitas sosial tersebut?

Proses mobilitas sosial atau perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang ke status sosial yang lain, akan menggunakan saluran-saluran (lembaga/ instansi/ organisasi) sebagai sarana penggeraknya.

Di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, kita bisa menyaksikan banyak sekali orang yang mengalami mobilitas sosial baik yang bersifat ke atas (social climbing), ke bawah (social sinking) maupun ke samping (social horizontal). Orang yang mengalami mobilitas sosial ke atas (social climbing), sudah barang tentu merasa senang dan bahagia. Sebaliknya orang yang mengalami mobilitas sosial ke bawah (social sinking), akan merasa kecewa dan sedih.

Hal ini terlihat jelas bahwa perubahan status sosial seseorang atau sekelompok orang memberikan dampak positif dan dampak negatif. Mobilitas sosial yang terjadi pada seseorang akan mempengaruhi kehidupan pribadinya, orang lain, dan masyarakat secara umum. Oleh karena itu kita harus bisa menyikapi perubahan dengan ikhlas, arif, dan bijaksana.

Pada kesempatan kali ini akan dibahas terkait saluran-saluran, dampak positif, dan dampak negatif mobilitas sosial.

A. SALURAN-SALURAN MOBILITAS SOSIAL

Mobilitas sosial atau perpindahan status sosial seseorang/sekelompok orang ke status sosial yang lain, terwujud melalui instansi dimana ia berkarya. Instansi/lembaga/organisasi tersebut, kemudian dikatakan sebagai saluran mobilitas sosial. Misalnya, lembaga pendidikan, organisasi politik, organisasi ekonomi, dan organisasi profesi dan lain-lain.

Berikut ini merupakan contoh saluran-saluran mobilitas sosial.
    1. Pendidikan

    Lembaga pendidikan merupakan saluran yang nyata dari mobilitas sosial vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (tangga sosial) yang mengangkat seseorang dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Berbekal ilmu pengetahuan yang diperoleh di sekolah, seseorang mampu menaikkan status sosialnya dengan lebih mudah.

    Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai perguruan tinggi kedokteran. Setelah lulus, ia bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit.

    2. Organisasi Politik

    Partai politik merupakan sarana yang terbuka lebar untuk meningkatkan status sosial seseorang yang menjadi anggota partai atau seorang elit di dalam partai tersebut. Berbekal pengetahuan dan keahlian dalam berpolitik, seorang politikus profesional dapat dikenal orang banyak dan memperoleh tempat di hati mereka. Hal ini memberikan jalan untuk peningkatan status sosialnya.

    Contoh: Seorang kader partai tingkat rendah berjuang dengan tekun untuk menarik simpati masyarakat. Sehabis pemilihan umum, ia dinobatkan sebagai wakil rakyat di parlemen atau sebagai pemimpin di dalam instansi pemerintahan.

    3. Organisasi Ekonomi

    Organisasi ekonomi pada umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas sosial. Seseorang dapat meningkatkan status sosialnya pada salah satu organisasi ekonomi berikut, yaitu seperti di dalam perusahaan sendiri yang disebut perusahaan perseorangan, Firma, CV, Perseroan Terbatas (PT), ataupun di Koperasi.

    Contoh: Seorang pegawai tingkat rendah mencalonkan diri untuk posisi manajer pemasaran pada PT Sentosa tempat ia bekerja. Karena memiliki kemampuan dan kompetensi lebih baik dan dikenal jujur serta berintegritas, maka ia berhasil meraih promosi jabatan tersebut.

    4. Organisasi Profesi

    Para profesional membentuk organisasi untuk menampung aspirasi para anggotanya yang berprofesi sama. Dengan terbentuknya wadah tersebut memberikan kesempatan bagi anggota untuk meningkatkan status sosialnya. Organisasi profesi contohnya Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Himpunan Pengusahan Muda Indonesia (HIPMI), dan organisasi profesi lainnya.

    Contoh: Organisasi profesi guru PGRI yang senantiasa memperjuangkan masalah pendidikan dan kesejahteraan guru. Perjuangan PGRI tentu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia sehingga kesejahteraan guru terus mengalami peningkatan.

B. DAMPAK MOBILITAS SOSIAL

Ternyata mobilitas sosial yang dialami seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu memberikan dampak terhadap dirinya, orang lain dan masyarakat secara umum. Dampak tersebut ada yang bersifat positif dan negatif. Seseorang atau kelompok sosial seharusnya bisa menyikapi perubahan sosial dengan sikap yang positif yaitu ikhlas, arif, dan bijaksana.

    1. Dampak Positif
      a. Mendorong Seseorang untuk Lebih Maju

      Terbukanya kesempatan untuk berpindah strata sosial menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju di berbagai bidang. Seseorang yang melihat orang lain telah berhasil melakukan mobilitas vertikal ke atas dan menyadari bahwa ia memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan perpindahan kelas, maka ia akan tergerak untuk meningkatkan kualitas dirinya. Berusaha untuk meraih prestasi yang dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan sesuai bidangnya serta dikuatkan dengan sikap dan perilaku yang lebih baik. Contohnya seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan di masa depan.

      b. Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial

      Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung sumber daya manusia yang berkualitas. Hal itu berarti perlu peningkatan kualitas pendidikan.

      Keberhasilan mobilitas sosial di Indonesia berarti membuat orang Indonesia memiliki kedudukan terhormat. Cerdik cendekia yang semakin banyak secara langsung mendorong terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat. Perubahan yang mudah dilihat, misalnya, pada masyarakat desa. Penduduk yang berhasil melakukan mobilitas sosial biasanya akan memengaruhi teman-teman atau masyarakat lainnya. Hal ini berarti secara langsung akan mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di desa tersebut. Penduduk yang sebagian besar berpendidikan rendah, kemudian berpendidikan tinggi akan berpengaruh terhadap gaya hidup dan mata pencaharian mereka.

      c. Meningkatkan Integrasi Sosial

      Mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial. Contohnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai, dan norma-norma yang dianut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta integrasi sosial. Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat akan mendapat respon yang berbeda dari masyarakat lain. Respon tersebut dapat berupa tentangan, namun juga dapat berupa penerimaan. Penerimaan pengaruh yang diakibatkan mobilitas sosial tentu merupakan salah satu contoh terjadinya integrasi dalam masyarakat.

    2. Dampak Negatif
      a. Terjadinya Konflik

      Mobilitas sosial merupakan salah satu perjuangan manusia dan kelompok sosial untuk mencapai posisi sosial yang semakin tinggi. Dalam hal ini, sangat wajar kalau kemudian timbul persaingan, yang kerap juga memicu konflik. Dalam perjalanan kehidupan manusia, persaingan tidak dapat dihindarkan. Persaingan selalu muncul dengan berbagai kategorinya. Bahkan, persaingan bisa menjelma menjadi konflik.

      Perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan mendapat tentangan luar biasa dari penjajah. Konflik ini tidak dapat dihindarkan bahkan sampai terjadi perang. Sebagai contoh kecil, perjuangan karyawan bawahan di suatu perusahaan untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi akan menghadapi persaingan dari karyawan lain. Bahkan, dapat pula berhadapan dengan atasan yang takut kedudukannya digeser.

      Contoh lain, perjuangan di dalam partai politik dan antarpartai politik. Semua partai politik berjuang salah satunya untuk memperoleh kekuasaan. Kondisi ini tentu menimbulkan persaingan yang kadang memunculkan konflik. Kalian tentu masih ingat peristiwa Gerakan 30 September 1965. Peristiwa tersebut merupakan salah satu dampak negatif dari ambisi mereka, jabatan, atau kekuasaan yang lebih tinggi. Persaingan antarpartai politik di Indonesia mengakibatkan konflik yang membahayakan kelangsungan bangsa Indonesia.

      b. Gangguan Psikologis

      Seseorang yang memiliki jabatan kadang khawatir kehilangan. Bahkan pada saat jabatan yang dimiliki sudah lepas, kadang ia tidak rela melepaskannya. Banyak orang yang setelah kehilangan jabatan, baik karena diganti maupun sudah selesai masa tugasnya (pensiun), menjadi mudah gelisah. Individu yang mengalami keadaan seperti ini termasuk mengalami gangguan psikologis. Hal tersebut akan membahayakan diri sendiri karena stres yang berkepanjangan akan melahirkan berbagai penyakit psikis dan fisik lainnya. Dampak mobilitas sosial masyarakat Indonesia, contoh: darah tinggi, asam lambung, insomnia merupakan penyakit yang salah satunya disebabkan gangguan psikologis. Gangguan psikologis seperti di atas tentu tidak akan terjadi pada individu yang lapang dada menerima keadaan, dan kemudian bertekad untuk berubah.

Paparan materi dalam bentuk tayangan video-nya sbb:

Link download RPP 1 halaman terkait materi ini: Satu Halaman RPP untuk 8 kali Pertemuan Materi Mobilitas Sosial

Demikian pemaparan materi saluran-saluran serta dampak mobilitas sosial, semoga bermanfaat.
Terima kasih.

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar